Kuantan Mudik – Jumat, 26 September 2025
Aktivitas Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di devisi 1, 2, dan 3 Desa Pantai Lubuk Ramo, Kecamatan Kuantan Mudik, kian menggila. Puluhan unit rakit dompeng kembali beroperasi tanpa henti. Mirisnya, praktik yang terang-terangan merusak lingkungan ini berlangsung di depan mata aparat penegak hukum.
Laporan masyarakat menyebutkan, saat ini terdapat sekitar 70 unit rakit PETI di devisi 1 dan 2, serta 30 unit rakit di devisi 3. Jumlah ini bukan hitungan kecil. Artinya, kerusakan sungai dan lahan di kawasan tersebut semakin parah dan nyaris tak terkendali.
Padahal, berbagai operasi gabungan, penertiban, bahkan peringatan dari pihak berwenang sudah dilakukan. Namun hasilnya nihil. Aktivitas PETI kembali muncul, seakan kebal hukum. Publik menilai kinerja Polsek Kuantan Mudik mandul dan tak punya taring, bahkan terkesan hanya formalitas.
“Sudah jelas ini bukan lagi aktivitas sembunyi-sembunyi, tapi berjemaah dan terstruktur. Kalau Polsek tidak bisa, wajar kalau publik menilai ada pembiaran,” sindir salah seorang warga.
Duit Keamanan Ratusan Juta, Dikelola Mantan Kades
Lebih tajam lagi, informasi di lapangan menyebut praktik PETI ini dikelola dengan sistem setoran. Diduga ratusan juta rupiah digelontorkan setiap bulan untuk biaya “keamanan”, yang dikoordinir oleh seorang mantan kepala desa berinisial FZ.
Ironisnya, FZ yang dulu lantang mengeluhkan maraknya PETI dan bahkan sempat membawa aduan ke DPRD, kini justru menjadi motor penggerak. “Dulu dia yang paling keras menolak, sekarang justru dia yang menghancurkan,” ungkap seorang narasumber.
Di devisi 1, pengurus lapangan disebut berinisial DPN, RJ, dan TM, sementara di devisi 3 ada YND, DT, ANT, dan BN. Semua alur setoran bermuara ke FZ. “Siapapun yang ingin masuk, diarahkan langsung ke FZ. Dia kuncinya,” lanjut sumber tersebut.
Kapolda Riau Diminta Turun Tangan
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar: Siapa sebenarnya FZ hingga bisa begitu kuat? Publik mendesak Kapolda Riau untuk turun tangan dan membongkar jaringan ini, karena jelas praktiknya melibatkan oknum-oknum yang meraup keuntungan pribadi dengan mengorbankan lingkungan dan masyarakat.
Khusus untuk Polsek Kuantan Mudik, masyarakat semakin kecewa. “Kalau hanya diam dan menonton, lebih baik dicopot saja. Polsek jelas-jelas tidak mampu, bahkan terkesan tutup mata,” kata seorang tokoh muda setempat.
Hingga berita ini diturunkan, upaya konfirmasi awak media kepada Kapolda Riau dan Polres Kuansing masih dilakukan.